Kebutuhan Air Harian Rumah Tangga, Aksesibilitas dan Kesehatan

Kebutuhan Air Harian Rumah Tangga, Aksesibilitas dan Kesehatan

Air adalah sumber kehidupan bagi seluruh makhluk hidup, baik bagi manusia, hewan, dan tumbuh-tumbuhan. Air menjadi sumber daya bagi manusia untuk menunjang kesejahteraan, dalam rangka memenuhi berbagai kebutuhan dasar manusia, kesehatan, mata pencaharian dan pembangunan ekonomi, serta mendukung ketahanan pangan dan energi dan mempertahankan integritas lingkungan.

Secara internasional, akses terhadap air dan sanitasi telah diakui oleh Perserikatan Bangsa Bangsa (PBB) sebagai hak asasi manusia yang penting bagi kesehatan, martabat, dan kesejahteraan setiap orang. Hak asasi manusia atas air minum yang aman serta sanitasi pertama kali diakui oleh Majelis Umum (the General Assembly) PBB dan Dewan Hak Asasi Manusia sebagai bagian dari hukum internasional yang mengikat, melalui Resolusi PBB A/RES/64/292 (The human right to water and sanitation) yang diadopsi pada bulan Juli tahun 2010. Dalam perkembangannya, hak asasi manusia atas sanitasi secara eksplisit diakui sebagai hak tersendiri melalui Resolusi Majelis Umum PBB A/RES/70/169 (The human rights to safe drinking water and sanitation) pada tahun 2015.

Air adalah sumber daya yang terbatas dan permintaannya terus meningkat. Saat ini, miliaran orang masih hidup tanpa air dan sanitasi yang dikelola dengan aman. Dimana, 1 dari 4 orang – 2 miliar orang – di seluruh dunia kekurangan air minum yang dikelola secara aman. (WHO/UNICEF, 2021) Hampir separuh populasi global – 3,6 miliar orang – tidak memiliki sanitasi yang dikelola secara aman. (WHO/UNICEF, 2021)

Pedoman kualitas air minum WHO mendefinisikan air domestik sebagai air yang digunakan untuk semua keperluan rumah tangga, termasuk minum, menyiapkan makanan, dan kebersihan (WHO, 2017).

Konsumsi air yang cukup setiap hari diperlukan untuk mengisi kembali cairan tubuh dan memperlancar proses fisiologis. Air pada tubuh manusia berkurang melalui urin dan feses; dari pernapasan dan melalui kulit (kerugian yang tidak dapat dirasakan); dan melalui keringat, terutama pada suhu lingkungan yang lebih tinggi dan tingkat aktivitas yang lebih tinggi. Asupan air yang cukup diperlukan untuk menggantikan kehilangan dan menjaga keseimbangan air normal tubuh. Dehidrasi terjadi ketika tubuh tidak menerima cukup air. Ini memiliki efek buruk terhadap kesehatan yang meningkat seiring dengan meningkatnya dehidrasi.

Dalam menentukan nilai pedoman Organisasi Kesehatan Dunia (WHO), diasumsikan bahwa konsumsi air minum per/ kapita harian adalah sekitar 2 liter untuk orang dewasa, meskipun konsumsi aktual bervariasi menurut iklim, tingkat aktivitas, dan pola makan. Berdasarkan data yang tersedia saat ini, volume minimum air minum harian yang direkomendasikan adalah 5,3 liter (L)/orang per hari, yang akan menyediakan air yang cukup untuk hidrasi pada sebagian besar kondisi. Kelompok populasi tertentu memiliki kebutuhan hidrasi yang spesifik. Anak-anak kecil, wanita hamil atau menyusui, orang lanjut usia, orang yang menderita diare akut atau parah, orang yang sakit parah, mereka yang berpuasa (terutama di iklim dengan suhu tinggi) dan atlet mungkin mempunyai kebutuhan yang jauh berbeda dari rata-rata populasi.

Selain itu, air sangat penting untuk memasak dan membersihkan makanan. Makanan mentah, seperti buah-buahan dan sayur-sayuran, dapat terkontaminasi pada bagian luarnya dengan patogen dan bahan kimia seperti pestisida. Oleh karena itu penting bagi rumah tangga untuk membersihkan makanan tersebut sebelum dikonsumsi. Permukaan penyiapan makanan dan makan, serta peralatan juga perlu dibersihkan sebelum digunakan.

Menentukan kebutuhan air untuk memasak cukup sulit karena bergantung pada pola makan dan peran air dalam penyiapan makanan. Persyaratan minimum untuk penyediaan air harus mencakup air yang cukup untuk menyiapkan makanan pokok dalam jumlah yang cukup. Contohnya adalah nasi, yang merupakan makanan pokok yang paling banyak digunakan di seluruh dunia. Untuk menyiapkan nasi dengan metode penyerapan (yaitu hanya menambahkan air secukupnya untuk memasak nasi), dibutuhkan sekitar 0,35 L air untuk 170 g/orang/hari beras (direkomendasikan USDHHS & USDA, 2015), tergantung pada jenis nasi. Jumlah air yang berbeda mungkin diperlukan untuk bahan pokok lainnya, seperti jagung/ tepung jagung, millet, sorgum, tepung terigu, kentang, ubi jalar, ubi, singkong dan pisang raja (Latham, 1997).

Bukti empiris yang tersedia tidak cukup untuk menentukan jumlah minimum air yang diperlukan untuk memasak, kebersihan pribadi, kebersihan makanan, dan bentuk kebersihan rumah tangga lainnya. Pengalaman dan pendapat para ahli menunjukkan bahwa 20 L/orang/hari sering kali cukup untuk minum, memasak, menjaga kebersihan makanan, mencuci tangan dan mencuci muka, namun tidak untuk praktik kebersihan lainnya. Namun, ketika kebutuhan akan air meningkat – misalnya, karena peningkatan kebersihan tangan sebagai respons terhadap wabah penyakit – 20 L/hari kemungkinan besar tidak akan mencukupi, dan dalam banyak kasus, air mengalir dari keran diperlukan untuk mendukung kecukupan cuci tangan.

Secara keseluruhan, pemenuhan kebutuhan air domestik akan dipengaruhi oleh berbagai faktor, yaitu aksesibilitas, kontinuitas, keandalan dan harga (Kayser et al., 2013). Misalnya, ketika pasokan air tidak tersedia secara terus-menerus atau tidak dapat diandalkan, rumah tangga biasanya menggunakan lebih sedikit air. Penggunaan air yang lebih sedikit juga terjadi ketika harga air melebihi tingkat kemampuan rumah tangga. Pada Tabel 2, digambarkan jumlah air yang mungkin digunakan oleh rumah tangga dan kecukupannya untuk kebutuhan kesehatan, berdasarkan aksesibilitas terhadap pasokan air.